Badik
                          
                
A.  DESKRIPSI
Badik/kawali, adalah senjata khas daerah bugis. Seperti layaknya daerah-daerah lain di Nusantara badik/kawali merupakan senjata tradisional yang tidak hanya berfungsi sebagai senjata tetapi juga sebagai simbol yang menunjukan pribadi pemegangnya maupun cita-cita dan harapan.

Pada masa terdahulu di Tana Bone, setiap anak terutama laki-laki dibekali dengan sepucuk badik, keingingan dan harapan orang tua terhadap sang anak biasanya dimanifestasikan melalui badik/kawali yang dipesan khusus kepada seorang Panre. Seperti misalnya apabila orang tua mengharapkan si anak hidup sejahtera tanpa kekurangan, maka dia sang orang tua akan memesan badik yang berpamor Kurisi atau Madaung ase. Begitu pula apabila orang tua ingin anaknya menjadi pemimpin yang disegani, pemberani dan berkahrisma maka yang dipesan adalah pamor makkure'cillampa.
Di Tana Bone terdapat beberapa macam jenis badik/kawali yang terkenal seperti salapu' (sebagian orang menggolongkan sebagai keris/tappi’) gecong ,raja, to asi,dll. Pada tulisan ini akan dikupas sekilas mengenai badik Raja. Di Tana Bone badik Raja merupakan salah satu badik yang tinggi derajatnya dan paling dicari oleh para penggemar senjata tradisional.
Badik Raja berasal dari sebuah desa di Kecamatan Kajuara di wilayah Bone Selatan. Konon badik Raja tidak dibuat oleh manusia biasa, melainkan oleh mahluk gaib. Di masa lalu masyarakat dikampung Raja tidak pernah melihat Panre' yang membuat badik raja. Pada malam-malam tertentu masyarakat disekitar tempat pembuatan Badik Raja hanya mendengar suara palu beradu dengan besi tanpa penah melihat siapa pembuatnya. Saat pagi menjelang sebuah Badik Raja selesai dibuat. Sampai saat ini, dikampung Raja masih terdapat benda-benda yang oleh masyarakat sekitar dipercaya sebagai alat-alat pembuatan Badik Raja.
Ciri-ciri badik raja hampir mirip dengan badik lampobattang, bentuk bilahnya agak membungkuk, dari hulu agak kecil kemudian melebar kemudian meruncing. Pada umumnya mempunyai pamor timpalaja atau mallasoancale di dekat hulunya. Bahan besi dan bajanya berkualitas tinggi serta mengandung meteorit yang menonjol dipermukaan, kalau kecil disebut uleng-puleng kalau besar disebut batu-lappa dan kalau menyebar di seluruh permukaan seperti pasir disebut bunga pejje atau busa-uwae. Badik raja di masa lalu hanya digunakan oleh arung atau dikalangan bangsawan-bangsawan dikerajaan Bone.
Badik adalah juga senjata tikam yang berasal dari Sulawesi dan paling banyak digunakan oleh masyarakat Bugis Makassar. Badik diposisikan dibawah Keris, untuk itu banyak sekali masyarakat Bugis Makassar yang memiliki Badik dengan tidak memandang strata sosial dari si pemakai. Begitu umum dan kuatnya pemakaian Badik bagi suku Bugis Makassar sehingga dikatakan bahwa Badik adalah teman setia lelaki Bugis Makassar. Karena membawa Badik sudah menjadi kebiasaan masyarakat disana maka sering kali pada saat operasi, Polisi banyak sekali mendapatkan Badik. Sama halnya dengan Keris, Badik juga didapat secara turun temurun dan terutama apabila si penerima ingin merantau atau beranjak dewasa. Hingga saat ini masih dapat dijumpai pande (Panre) Badik di daerah Sulawesi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat disana. Kebanyakan dari panrebessie (pande besi) tersebut adalah berprofesi sebagai pedagang ataupun pelaut, menjadi pande besi hanyalah sebagai pendapatan sampingan saja. Seni pamor yang dihasilkan dari tempahan keris atau badik Bugis Makassar tidak segemerlap jika di bandingkan dengan hasil tempahan pande/empu dari tanah Jawa. Pada umumnya masyarakat disana hanya menyukai dan mengetahui beberapa pamor saja seperti Ujung Gunung, Batu Lapak, Qul Buntet, Beras Wutah dan Adeg.
1.  Badik/kawali yang bagus/istimewa dapat dilihat dari beberapa unsur, yakni:
a. Dari segi fisik Badik/ kawali dapat dilihat:
1. Bahan bakunya terbuat dari besi dan baja pilihan biasanya mengandung meteorit dan ringan. Wilayah Sulawesi Selatan sejak zaman dahulu terkenal dengan besi luwu yang berkualitas tinggi.
    2. Pamorragam pamor pada Badik / kawali lebih sederhana dari keris jawa biasanya terdiri dari jenis pamor kurrisi, lasoancale, parinring, bunga pejje, madaongase, kuribojo, tebajampu, timpalajja dan balopakki.
b. Segi sisi’ (tuah) / mistik antara lain:
1. Uleng puleng dan battu lappa, sebenarnya merupakan kandungan meteorit. Bagi sebagian orang percaya Badik/kawali yang mempunyai ulengpuleng (kalau kecil) / battu lappa (kalau besar) akan membawa kebaikan pada pemiliknya baik berupa kemudakan rezki, karisma, maupun peningkatan karir. Posisi ulengpuleng / battulappa yang dicari adalah yang terletak dipunggung badik kira-kira berjarak 5 cm dari hulu / pangulu karena dipercaya akan memudahkan rezki dan karir. Badik/kawali yang memiliki ulengpuleng dan battulappa juga dipercaya dapat menghindari gangguan mahluk halus, sihir dan tolak bala.
2. Mabelesse adalah retakan diatas punggung Badik / kawali sehingga seakan-akan Badik/kawali tersebut akan terbelah dua. Badik seperti ini dipercaya akan memudahkan rezki bagi pemiliknya sehingga banyak dicari oleh yang berprofesi sebagai pedagang.
3. Sumpang buaja sama seperti mabelesse cuma retakannya pada bilah dekat ujung Badik / kawali. Tuahnya sama seperti mabelesse namun yang dicari yang letaknya pada bilah sebelah kanan dekat ujung Badik / kawali.
4. Ure tuo adalah garis yang muncul pada bilah Badik/kawali. Yang dicari adalah yang tidak terputus-putus, kalau letaknya dipunggung Badik/kawali dan tidak terputus dari hulu sampai ujung tuahnya membuat sang pemilik disegani dan dituruti semua perkataannya, kalau melingkar ke atas dari bilah ke bilah sebelahnya seperti badik luwu sambang maka tuahnya untuk melindungi pemiliknya dari malapetaka dan kalau turun ke baja maka untuk memudahkan rezki.
5. Tolongeng adalah lubang pada punggung Badik/kawali yang tembus ke bawah terletak dekat hulu / pangulu sehingga kalau dilihat seakan seperti teropong. Pada zaman dahulu sebelum berangkat perang biasanya panglima perang meneropong pasukannya melalui Badik/kawali tolongeng.
6. Sippa’sikadong adalah retakan pada tengah bilah Badik / kawali dari punggung Badik/kawali. Tuahnya adalah membuat pemiliknya disenangi oleh siapa saja yang melihatnya. Pada zaman dahulu apabila ada seseorang akan melamar gadis, maka utusan dari laki-laki akan membawa Badik/kawali sippa’sikadong yang bertujuan agar memudahkan lamarannya diterima pihak perempuan
7. Pamussa’ adalah upaya memperkuat daya magis Badik / kawali yang diletakan dalam hulu / pangulu Badik/kawali. Biasanya dengan menggunakan bahan-bahan tertentu tergantung akan digunakan untuk apa Badik/kawali yang akan di beri pamussa
8. Pangulu di kalangan masyarakat bugis Bone berkembang suatu keyakinan            
       akan kemampuan yang dimiliki sebagian orang yang mampu membuat pihak  
       lawan tidak mampu mencabut Badik/kawali ketika akan digunakan, ilmu ini
       dikenal dengan istilah pakuraga / pabinrung. Pangulu yang caredo
       (terbelah/atau memiliki mata) secara alami dipercaya mampu mengatasi
       orang yang memiliki ilmu tersebut.


2. Dari segi bentuknya Badik ada 2 macam yang umum yaitu:
a. Badik Jantung Lompobattang merupakan ciri atau karakter dari suku Makassar dan daerah sekitarnya yang berdekatan. Dinamakan Badik Lompobattang karena bentuknya menyerupai Jantung Pisang.
b. Badik La Gecong merupakan badik yang banyak di gunakan oleh suku Bugis yang bentuknya lebih landai.
   Berat dari Badik yang di anggap baik adalah yang ringan. Terkadang kita suka  terkecoh karena melihat bentuknya yang tidak seimbang dengan beratnya. Hal ini disukai karena jenis badik yang ringan lebih praktis dalam hal perkelahian. Penggunaan besi Luwuk sangat digemari oleh masyarakat Bugis Makassar hal ini dikarenakan mereka mempercayai bahwa tuah yang timbul dari besi Luwuk sangat bagus. Besi Luwuk dipercayai dapat menghindari dari serangan binatang buas.
   Disamping kedua jenis Badik di atas tadi, masyarakat Bugis Makassar juga menyukai jenis badik :
a.    -Simpa Siolong / Cappa Sikadong yang ditandai dengan adanya keretakan Pada bagian punggung bilah
b.    Patelongi atau Combong lubang pada dinding bilah
c.    Rakapeng / Matapakato guratan setengah lingkaran pada mata bilah.
   Pada jaman dahulu perkelahian menggunakan Badik adalah dengan cara kedua petarung masuk kedalam Lipa (Sarung) dan mereka beradu saling tikam menikam di dalam Lipa tersebut dan siapa yang keluar dengan selamat maka dialah pemenangnya. Perkelahian di daerah suku Bugis Makassar biasanya terpicu oleh masalah pelanggaran akan Siri dan Pesse (Adat Istiadat Bugis Makassar).
 B. ANALISIS
Masyarakat Sulawesi Selatan mempunysai kedudukan yang tinggi. Badik /
kawali bukan hanya berfungsi sekedar sebagai senjata tikam, melainkan juga melambangkan status, pribadi dan karakter pembawanya. Kebiasaan membawa Badik/kawali dikalangan masyarakat terutama suku bugis dan Makassar merupakan pemandangan yang lazim ditemui sampai saat ini terutama di tanah Bone. Kebiasaan tersebut bukanlah mencerminkan bahwa masyarakat Sulawesi Selatan khususnya suku bugis dan makassar adalah masyarakat yang gemar berperang atau suka mencari keributan melainkan lebih menekankan pada makna simbolik yang terdapat pada Badik/kawali tersebut.

Pentingnya kedudukan Badik/kawali di kalangan masyarakat bugis dan makassar membuat masyarakat berusaha membuat/mendapatkan badik yang istimewa baik dari segi pembuatan, bahan baku, pamor maupun sisi’ (tuah) yang dipercaya dapat memberikan energi positif bagi siapa saja yang memiliki atau membawanya.

B.  ANALISIS

1.  NILAI SOSIAL

Seperti yang telah di jelaskan di atas bahwa kebiasaan membawa badik dari suku BONE dan BUGIS telah menjadi suatu kebiasaan dan telah di lakukan turun temurun. Kebiasaan ini menekankan pada makna simboliknya yang berarti badik/kawali ini telah di sakralkan sebagai senjata yang menguatkan bahwa suku-suku ini merupakan suku yang pemberani.

2.  NILAI RELIGI 

Badik/kawali di percaya sejak turun temurun memiliki kekuatan mistis yang digunakan para tokoh pemberani untuk menegakkan kebenaran. Badik merupakan senjata resmi yang merupakan lambang kerajaan-kerajaan di sulawesi selatan.

3.  NILAI ARTISTIK

     Nilai keindahannya dapat terlihat dari bentuknya yang sangat unik dan 
       memikat. Guratan-guratan yang ada menambah keunikan dan mendukung
       kehadiran ornamen-ornamen yang terdapat pada badik itu sendiri. Selain itu
       perpaduan antara warna,garis,bentuk dan teksturnya begitu proporsi.